Mewujudkan Pembangunan Inklusif di Bulukumba: Ikon Megah atau Infrastruktur Dasar?

Opini oleh Nur Awaliya Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Bulukumba

News138 Dilihat

WARTASULSEL – Bulukumba saat ini tengah melaksanakan berbagai proyek besar untuk memperbaiki citra dan menarik perhatian, seperti Gedung Pinisi, Gedung Ammatoa, Kolam Labuh, dan Mall Pelayanan Publik. Proyek-proyek ini bertujuan untuk meningkatkan pariwisata, mempermudah akses layanan publik, dan menciptakan simbol kemajuan. Namun, meskipun proyek-proyek ini dapat memberikan dampak positif, perbaikan infrastruktur dasar seperti jalan yang lebih baik dan fasilitas yang memadai harus tetap menjadi prioritas utama. Tanpa perhatian yang cukup pada hal ini, kemajuan yang dicapai akan sulit dirasakan oleh seluruh masyarakat, terutama di daerah terpencil.

Proyek seperti Gedung Pinisi, yang berbentuk kapal pinisi, memang dirancang untuk menarik wisatawan dan memperkenalkan kekayaan budaya maritim Bulukumba. Gedung ini menjadi simbol yang kuat bagi Bulukumba dan memberi kesan bahwa daerah ini maju dalam sektor pariwisata. Begitu pula Gedung Ammatoa yang dirancang sebagai pusat kebudayaan, tempat bagi masyarakat untuk menikmati seni dan budaya lokal. Ini memberikan ruang bagi seniman dan warga untuk berkumpul, menampilkan pertunjukan seni, atau memperkenalkan karya seni daerah.

Kolam Labuh, yang awalnya dibangun untuk mendukung nelayan, kini juga menjadi tempat yang menyatukan berbagai kalangan. Dari anak muda hingga emak-emak, banyak orang yang datang untuk menikmati suasana dan bercengkerama di sekitar kolam. Tempat ini menjadi simbol bagaimana ruang publik bisa mempererat hubungan sosial antarwarga, dan memberikan tempat bagi warga untuk berkumpul dalam suasana santai.

Sementara itu, Mall Pelayanan Publik di Bulukumba juga memberi dampak positif, dengan menyediakan layanan administratif yang lebih mudah diakses oleh masyarakat. Mall ini mempermudah warga dalam mengurus berbagai keperluan administratif seperti perizinan, pajak, dan layanan publik lainnya. Ini menjadi bagian penting dari transformasi pelayanan publik, yang bertujuan untuk mempermudah hidup masyarakat dan meningkatkan transparansi pemerintah.

Namun, meskipun semua proyek ini memberikan dampak positif, perbaikan infrastruktur dasar tetap harus menjadi perhatian utama. Banyak jalan yang rusak, terutama di daerah pedesaan, yang menghambat mobilitas masyarakat. Jalan yang tidak terawat menyebabkan kesulitan bagi warga untuk mengakses berbagai layanan dan mengangkut barang. Ini membuat proyek-proyek besar seperti Gedung Pinisi atau Mall Pelayanan Publik tidak dapat memberikan dampak yang merata bagi seluruh masyarakat.

Pembangunan yang dilakukan di Bulukumba dengan berbagai proyek megah ini memang menunjukkan kemajuan yang signifikan. Namun, hal tersebut hanya akan terasa manfaatnya jika diimbangi dengan perbaikan infrastruktur dasar yang merata. Proyek-proyek ikonik seperti Gedung Pinisi, Gedung Ammatoa, Kolam Labuh, dan Mall Pelayanan Publik tidak akan berdampak maksimal jika masyarakat di daerah terpencil atau pinggiran kota masih kesulitan mengaksesnya karena infrastruktur yang buruk. Pembangunan yang seimbang dan inklusif adalah kunci untuk menciptakan Bulukumba yang benar-benar maju.

Pembangunan infrastruktur yang baik akan meningkatkan mobilitas masyarakat, memperlancar distribusi barang dan jasa, serta meningkatkan kualitas hidup warga. Tanpa hal tersebut, kemajuan yang dicapai akan terasa timpang dan hanya dinikmati oleh segelintir orang. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat, baik yang tinggal di kota maupun di pedesaan, mendapatkan akses yang setara terhadap hasil pembangunan. Dengan perhatian yang sama besar terhadap proyek-proyek megah dan infrastruktur dasar, Bulukumba bisa menjadi daerah yang lebih maju, lebih sejahtera, dan lebih inklusif bagi semua warganya.

Mutiara Hildza