TRAINING OF TRAINER REGIONAL IV PIMPINAN PUSAT AISYIYAH RESMI DI BUKA !!

WARTASULSEL, MAKASSAR – Pimpinan Pusat Aisyiyah menggelar Training Of Trainer Regional IV mulai dari hari kamis – sabtu tanggal 9 – 11 mei 2024 di Gedung serbaguna Aisyiyah Sulawesi Selatan. Kegiatan ini di buka secara resmi dibuka pada Kamis (9/5) oleh ketua majelis pembinaan kader Pimpinan Pusat Aisyiyah ibu Prof. Dr. Mami Hajaroh, M.Pd.

Training Of Trainer kali ini mengusung tema “ Baitul Arqam sebagai upaya peneguhan ideologi Kader ‘Aisyiyah dalam mewujudkan Agilitas Organisasi yang mampu beradaptasi dengan perubahan di era disrupsi”. Adapun peserta dari kegiatan ini sebanyak 48 orang berasal dari Regional IV yang mencakup wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Gorontalo, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya mewujudkan risalah perempuan berkemajuan yang akan menjadi rahmatan lil ‘alamin. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan Baitul Arqam Nasional yang dilaksanakan secara daring pada hari sabtu – minggu tanggal 4-5 mei 2024. Ketua pimpinan wilayah ‘Aisyiyah Sulawesi selatan, ibu Dr. Mahmudah, M. Hum dalam sambutannya menyampaikan “saya juga sekaligus peserta pada kegiatan ini merasa sangat Bahagia, ini baitul arqam pertama yang dilaksanakan secara daring tapi rasanya seperti luring. Tengah malam kita bicara didepan laptop untuk kajian ayat, itu rasanya luar biasa”.

Ketua pimpinan wilayah ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan ini juga berharap “pimpinan wilayah ‘Aisyiyah yang hadir mulai dari wilayah Regional dan pimpinan daerah bersungguh sungguh mengikuti acara ini, jangan tinggalkan sedikitpun, materinya luar biasa” pungkas beliau.

ketua majelis pembinaan kader pimpinan pusat aisyiyah ibu Prof. Dr. Mami Hajaroh, M.Pd juga menyampaikan bahwa Baitul Arqam secara online ini merupakan inovasi baru yang dulu di inisiasi karena covid 19. “saat itulah MPK ini memulai Baitul Arqam secara online karena apapun yang terjadi Baitul Arqam harus tetap jalan. Alhamdulillah berkat kemajuan teknologi Baitul Arqam dapat dilaksanakan dan mendapat respon baik, kami selalu menggap Baitul Arqam secara online ini adalah sebuah Inovasi dan tentunya tidak mengurangi nilai dari Baitul Arqam tersebut”.

Turut hadir juga wakil ketua pimpinan wilayah Sulawesi Selatan, bapak Dr. Ir. Muh Syaiful Saleh, M.Si. Beliau mengapresiasi pimpinan wilayah ‘aisyiyah Sulawesi selatan atas pelaksanan TRAINING Of Trainer ini “atas nama pimpinan wilayah Muhammadiyah Sulawesi selatan saya memberi hormat kepada pimpinan wilayah aisyiyah Sulawesi selatan yang menjadi tuan rumah dan seluruh pimpinan wilayah aisyiyah regional IV, mudah mudahan setelah Kembali segera menjadi fasilitator yang lebih persuasif dan bijaksana”

Pimpinan wilayah ‘Aisyiyah Sulawesi selatan memiliki 24 pimpinan daerah dan 288 pimpinan cabang, tentu itu menjadi alasan perlu ada fasilitator tingkat wilayah yang dapat mengelola sekaligus menciptakan fasilitator fasilitator sampai ke pimpinan ranting.

Pencerahan revolusi mental sekolah madrasah unggul berkemajuan se Sulawesi Selatan

WARTASULSEL – Spirit Sekolah Madrasah Muhammadiyah sejak 1 Desember 1911 adalah Sekolah Madrasah Unggul, Modern, Holistik dan Berkemajuan. Muktamar ke-48 yang lalu di Solo menegaskan Unggul dan Berkemajuan menjadi komitmen yang harus diupayakan sungguh-sungguh oleh seluruh Amal Usaha Muhammadiyah. Termasuk Sekolah Madrasah Muhammadiyah. Dari 6.000 sekolah, Rakernas Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Non Formal PP Muhammadiyah yang diselenggarakan di SM Tower 27-28 Juli 2023 merumuskan langkah-langkah strategis mencapai keunggulan tersebut. Untuk itu, Majelis Dikdasmen & PNF Sulawesi Selatan berinisiasi dengan Kemenko PMK RI menyelenggarakan pencerahan revolusi mental sekolah madrasah unggul berkemajuan se Sulawesi Selatan bersama Majelis Dikdasmen PNF PDM se-Sulawesi Selatan dan Kepala Sekolah Madrasah Muhammadiyah se-Sulawesi Selatan.

Spirit Berkemajuan selaras dengan konsepsi revolusi mental yakni Gerakan Untuk Mengubah cara pikir, cara kerja dan cara hidup bangsa Indonesia yang mengacu pada nilai-nilai Integritas, Etos Kerja, dan Gotong Royong berdasarkan Pancasila yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan. Diharapkan melalui Revolusi Mental kedaulatan bangsa dan negara Indonesia dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan kepribadian dalam kebudayaan dapat tercapai. Upaya tersebut dengan melakukan massifikasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui penanaman nilai-nilai revolusi mental etos kerja, integritas dan gotong royong yang berlandasakan kepada 5 gerakan yakni: Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Bersatu dan Gerakan Indonesia Mandiri.

Untuk itu, menurut Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Didik Suhardi, Ph.D menyatakan Kemenko PMK RI mengupayakan langkah-langkah massifikasi GNRM melalui aksi nyata melalui dengan program Penanaman 10 Juta Pohon agar terbentuk pembudayaan gaya hidup dan cinta lingkungan melibatkan berbagai pihak. Berikutnya mewujudkan Indonesia mandiri melalui pembudayaan ekonomi Pancasila melalui pencanangan koperasi sekolah. 300 koperasi sekolah madrasah Muhammadiyah sebagai ejawantah kemandirian dan kewirausahaan sekolah Madrasah Muhammadiyah dan diakhiri menaman 10.000 pohon secara simbolik oleh Ketua PWM Sulawesi Selatan Prof Ambo Asse, Ketua PWM Sulawesi Selatan Korbid Pendidikan Dr. Pantja Nurwahidin, M.Pd, Deputi V Kemenko PMK RI Didik Suhardi, Ph.D sekaligus Ketua Majelis Dikdasmen & PNF PP Muhammadiyah dan Dikdasmen & PNF PWM Sulawesi Selatan Erwin Akib, Ph.D, Abdulah Mukti, M.Pd Wakil Sekretaris 1 Dikdasmen & PNF PP Muhamamdiyah dan Direktur Enuma Indonesia Juli Adrian.

Pencerahan Revolusi Mental Sekolah Madrasah Unggul Berkemajuan sebagaimana yang diungkapkan Ketua Majelis Dikdasmen & PNF PWM Muhammadiyah Sulawesi Selatan Erwin Akib, Ph.D Sulawesi Selatan bertekad menghadirkan sekolah madrasah Muhammadiyah Unggul dan Berkemajuan. Oleh karena itu, 7 Agustus 2023 menjadi momentum awal Sulawesi Selatan menindaklanjuti Amanah Ketua Umum PP Muhamamdiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si mewujudkan Sekolah Madrasah Muhammadiyah Unggul dan Berkemajuan. Pencerahan tersebut disampaikan oleh Ketua Majelis Dikdasmen & PNF PP Muhammadiyah dan Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK RI Didik Suhardi, Ph.D.

Program strategis tersebut diiringi pula refreshment program EdutabMu akselerasi pembelajaran digital di 12 SD dan MI Muhammadiyah penerima EdutabMu di Wilayah Sulawesi Selatan, yang berjumlah 144 Tablet. Refreshment diperuntukkan untuk Kepala Sekolah dan Guru IT Edutabmu agar capaian program EdutabMu berjalan dengan optimal. Pelatihan diisi oleh Tim Enuma Indonesia sebagai konten kreator program EdutabMu. Setelah program refreshment dilanjutkan dengan pencerahan revolusi mental sekolah madrasah Unggul Berkemajuan. Ketua PWM Sulawesi Selatan Korbid Pendidikan Dr. Pantja Nurwahidin, M.Pd mengungkapkan upaya akselerasi pembelajaran digital di 12 SD MI Muhammadiyah se Sulawesi Selatan menjadi pionir dan role model pengembangan pembelajaran digital di seluruh sekolah SD MI Muhamamdiyah di Sulawesi Selatan. Beliau juga mengungkapkan bahwa sebelumnya kita memiliki 3 ranah yakni, 1. Ranah olah otak 2. Olah pikir 3. Olahraga. Seiring berkembang ilmu pengetahuan, ditemukanlah kecerdasan ai, hingga bertambahlah olah hati.

Selain itu, beliau juga mengungkapkan bahwa bagi muhammadiyah, senantiasa para muballigh memberikan penegasan dan penafsiran pada q.s al-asr. Perhitungan kita dri waktu ke waktu hingga hari ini. Kita beramal usaha, sebagai implementasi keimanan dan amal shaleh. Segala sesuatu yg dilakukan dalam amal usaha (pendidikan) didasari oleh keimanan.

Majelis Dikdasmen & Pendidikan Non Formal PP Muhammadiyah & PWM Sulawesi Selatan dan Enuma Indonesia Menyelenggarakan Refreshmen EdutabMu

WARTASULSEL, Makassar, Edutabmu phase II Sulawesi Selatan (SulSel) melaksanakan kegiatan Pelatihan Refreshment Guru Program EdutabMu yang dilaksanakan di Mini Hall FKIP Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar dan dihadiri oleh 12 perwakilan Sekolah Dasar yang telah melaksanakan program Edutabmu.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Erwin Akib, Ph.D selaku Ketua Majelis Dikdasmen PNF Muhammadiyah sulsel,  dr. Patnja Nur Wahidin selaku Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan (Sulsel) serta Didik Suhardi Ph.D selaku Ketua Majelis Dikdasmen & PNF PP Muhammadiyah sekaligus membuka kegiatan.

Dalam sambutannya, Erwin Akib mengatakan bahwa 12 sekolah perwakilan yang hadir dalam kegiatan dapat memanfaatkan momen yang ada. 12 sekolah penerima EdutabMu mengirimkan masing-masing sekolah Guru IT dan Guru Kelas Pengelola EdutabMu di Sulawesi Selatan.

“Harapannya, hasil dari program edutabmu ini dapat dikembangkan dan menambah jumlah sekolah dari yang telah ada. Agar pemahaman guru lebih maju dan paham terkait kemajuan teknologi” ucapnya

Selain itu, program pendidikan edutabmu ini dapat menjadikan para guru lebih melek terhadap teknologi. Dilihat dari minat anak-anak sudah melek terhadap teknologi informasi maka guru-guru pun harus melek terhadap teknologi.

“Para guru memasuki dunia anak untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh anak didik. 12 sekolah perwakilan menjadi sekolah percontohan dan ketika berhasil menjadi evaluasi dikdasmen untuk dikembangkan ke sekolah-sekolah lain.”  ucap dr. Patnja Nur Wahidin selaku Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam sambutannya.

Ketua Majelis Dikdasmen & PNF Muhammadiyah Didik Suhardi Ph.D juga mengatakan bahwa IT sudah menjadi kebutuhan dan menjadi hal yang dapat mempercepat proses manajemen. Dengan hadirnya Edutabmu ini, sebagai salah satu bahan untuk memperkaya, memperluas dan memperdalam mata pelajaran pada sekolah dasar.

“Hal ini juga dapat memberikan basic Numerik, jika basic numeriknya kuat. Bisa mempelajari mata pelajaran seperti matematika”, ungkapnya

Diakhir sambutannya, ketua majelis diksdasmen juga menyampaikan agar mengelola Muhammadiyah diniatkan sebagai ibadah kita dalam rangka mewujudkan generasi emas 2045.

Berikutnya pelatihan refreshment EdutabMu yang di dampingi intensif oleh Enuma Indonesia agar mendapatkan update pengembangan terbaru program EdutabMu.

Kader dan Simpatisan Partai NasDem Sulawesi Selatan Hadiri Orientasi Calon Anggota Legislatif.

Makassar, Wartasulsel –  Belasan ribu kader dan simpatisan Partai NasDem Sulawesi Selatan menghadiri pembukaan orientasi calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI, Provinsi, dan Kabupaten/Kota se-Sulsel, di Hotel Claro Makassar, Kamis (22/6/2023).

Acara ini dibuka lansung oleh ketua partai NASDEM Surya Paloh. Beliau mengapresiasi para kader NasDem se Sulawesi khususnya Sulawesi selatan, bahwa Sulawesi selatan menjadi satu2nya provinsi yang memiliki target perolehan kursi pada pemilu 2024.

Turut hadir Rusdi Masse selaku ketua DPW partai NasDem Sulawesi selatan yang memulai sambutannya dengan Ucapan terimakasih kepada para kader NasDem sulsel serta bacaleg atas partisipasi dan kerja samanya dalam pelaksanaan Orientasi calon legislatif se sulawesi dan sulawesi selatan yg berjalan lancar sampai saat ini.

Ketua DPD PARTAI NasDem Selayar, Ir.H.Ady Ansar, S.Hut.,M.M,Pub.,IPM menyebutkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan ini adalah bagian dari tugas partai dan secara khusus legislator Nasdem juga menyebut akan bekerja keras memperjuangkan target kursi partai NasDem di kab. Kep. Selayar.

“harapannya agar proses pemilu 2024 mendatang disemua dapil di kepulauan selayar Partai NasDem dapat lebih ditingkatkan”  hal ini disampaikan karena Kabupaten Kepulauan Selayar adalah salah satu daerah pemilihan yang merupakan lumbung suaranya saat maju menjadi Legislator DPRD Sulsel dari Partai Nasdem. (Nurul)

Hartono Jaya : Politik Uang, Mengapa Suara Kita Harus Dibeli?

 

TULISAN ini dimulai dengan ilustrasi. Bayangkan jika Anda hidup dalam suatu kelompok yang jumlahnya beberapa lusin orang saja. Di lingkungan Anda itu ada banyak kelompok lain yang mungkin saja membuat Anda dan kelompok Anda kurang aman. Lalu muncul ide untuk membentuk organisasi yang akan menjadi wadah yang menyatukan dan melindungi anggota kelompok Anda. Ide itu menjamur ke banyak anggota kelompok. Lalu dimulailah pertemuan demi pertemuan untuk membahas pembentukan organisasi. Hasilnya semua sepakat dan berdirilah organisasi yang dicita-citakan itu.

Sekarang tiba saatnya bagian penting, memilih pemimpin organisasi. Bayangkan saat momen itu tiba, Anda dianggap tidak memiliki hak pilih oleh teman-teman Anda. Alasannya karena keberadaan kita tidak setara dengan kelompok yang lain. Bagaimana rasanya menjadi bagian dari suatu kelompok tetapi disaat yang sama tidak diakui (dianggap berbeda) hak pilihnya untuk memilih ketua organisasi? Martabat kita sebagai manusia yang setara pasti tercederai.

Dua paragraf di atas hanya sebuah ilustrasi saja. Tetapi ketiadaan hak pilih memiliki fakta dalam sejarah. Biasanya ketiadaan hak pilih dalam sejarah menyasar kaum perempuan. Dan orang-orang marah dengan keadaan seperti itu. Mereka yang marah itu mengorganisir diri untuk memperjuangkan hak pilihnya. Ada yang menempuh jalan damai dan ada juga jalan kekerasan sampai pada tahap mengorbankan nyawa demi memperjuangkan hak pilih.

Emily Davidson di Inggris contohnya. Sebagaimana disinggung Acemoglu dan Robinson dalam buku The Narrow Corridor, States, Societis, and The Fate of Liberty, pada 4 Juni 1913, dipacuan kuda Epsom Derby, saat pertandingan balapan kuda sedang berlangsung, Davidson berlari ke lintasan Anmer, kuda milik Raja George V dengan membawa bendera Suffragettes (pejuang hak suara perempuan) warna ungu, putih, dan hijau. Emily Davidson terlindas oleh kuda dan meninggal empat hari kemudian akibat luka yang dideritanya.

Namun, setelah pengorbanan mengerikan yang dilakukan Dividson itu, hak suara perempuan di Inggris tidak serta merta diberikan. Butuh lima tahun setelah kejadian itu, barulah perempuan memiliki hak suara dalam Pemilihan Parlemen di Inggris. Betapa Panjang, keras, dan terjalnya perjuangan kaum perempuan hanya untuk memiliki hak pilih yang setara dengan laki-laki. Ini hanya salah satu contoh perjuangan hak pilih kaum perempuan. Di Amerika perjuangan hak pilih perempuan juga terjadi dalam waktu yang panjang. Mereka butuh waktu 70 tahun hanya untuk meloloskan ketentuan hak pilih perempuan dalam konstitusi Amerika.

Jika memang memiliki hak pilih sebagai warga negara begitu penting, berkaitan dengan eksistensi kita sebagai manusia yang setara, lalu mengapa suara kita harus dibeli hanya untuk digunakan dalam Pemilihan Umum? Untuk menjawab pertanyaaan ini, saya terlebih dahulu akan menguraikan problem politik uang yang didasarkan pada beberapa literatur dan pengamatan pribadi selama Pemilu ataupun Pemilihan (Pilkada) berlangsung.

Memahami Masalah Politik Uang

Menurut Burhanuddin Muhtadi, pada 1970-an, saat terjadi gelombang ketiga dan keempat demokratisasi versi Huntington, Pemilu telah menjadi norma global. Namun optimisme itu harus ditinjau ulang ketika fakta menunjukkan bahwa banyak negara hanya memenuhi standar minimal demokrasi.

Salah satu problem yang melanda demokrasi adalah maraknya politik uang. Pemilu menjadi ajang jual beli suara yang fatal bagi kesehatan Lembaga politik kita. Mengapa? Karena politik uang adalah bentuk manipulasi elektoral yang benar-benar tidak mencerminkan kehendak politik dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Burhanuddin Muhtadi dalam buku “Kuasa Uang, Politik Uang dalam Pemilu Pasca Orde Baru” mendefinisikan politik uang sebagai usaha terakhir dalam memengaruhi keputusan pemilih dalam memberikan suara di Pemilu, yang dilakukan beberapa hari atau bahkan beberapa jam sebelum pemungutan suara, dengan cara memberikan uang tunai, barang, atau keuntungan material lainnya kepada pemilih. Bahasa sederhananya adalah “Serangan Fajar”.

Masalahnya sekarang adalah seberapa efektifkah politik uang dalam meningkatkan perolehan suara bagi seorang politisi dalam Pemilihan Umum maupun Pilkada?

Jawaban yang diberikan Burhanuddin Muhtadi sangat kontra intuitif. Kita selalu mengira politik uang sangat efektif meningkatkan peroleh suara seorang politisi. Jawabannya sebenarnya: “politik uang sangat tidak efektif dalam mendongkrak peroleh suara seorang politisi”. Tapi jawaban ini telah diuji secara kuantitatif oleh Burhanuddin Muhtadi.

Jika demikian jelas pertanyaan susulan muncul: “lalu mengapa politik uang terus dilakukan oleh para politis?” jawabannya seperti ini: memang kurang efektif dalam mendongkrak perolehan suara, tetap cukup untuk memperoleh margin kemenangan dalam kompetisi antar politisi dalam satu palagan politik.

Jawaban ini cukup masuk akal, terutama dalam pemilihan anggota legislatif. Sedikit saja selisih suara adalah penting untuk mengalahkan pesaing dalam satu partai.

peningkatan partisipasi pemilih.

Alasan kedua adalah politisi yang sedang berkompetisi membutuhkan margin kemenangan dengan lawannya. Sebagaimana sudah disinggung dalam pembahasan sebelumnya, sekalipun politik uang tidak signifikan dalam meningkatkan perolehan suara, tetapi cukup signifikan sebagai taktik memperoleh selisih kemenangan dari lawan politiknya.

Kedua alasan yang diuraikan di atas saling berkaitan satu sama lain dan membentuk lingkaran setan yang tiada putusnya. Karena watak politik yang ekstraktif, efikasi politik masyarakat menjadi rendah. Karena efikasi politik yang rendah maka suara harus dibeli. Politisi harus menjadi pembeli suara agar mereka memperoleh tambahan suara untuk memperoleh kemenangan. Kemudian berlanjut lagi, karena mereka membeli suara, maka politisi harus memperkaya diri. Menyebabkan watak politik yang ekstraktif, rendahnya efikasi politik, dan politik transaksional. Begitu seterusnya.

Berdasarkan uraian itu, sulit rasanya memutus mata rantai antara politik uang dan efikasi politik yang rendah karena Lembaga politik yang ekstraktif. Kampanye anti politik uang yang dilakukan selama ini dengan pendekatan matematika, jumlah uang diterima dibagi per bulan dalam lima tahun lalu kemudian perhari. Nilainya menjadi sangat kecil lalu di kaitkanlah dengan martabat kita sebagai warga negara.

Kampanye seperti itu sama sekali salah sasaran. Tidak mengena pada inti persoalan. Politik uang tidak sesederhana itu. Bukan lagi soal martabat yang setara sebagai manusia sebagaimana ilustrasi di awal tulisan ini. Martabat benar-benar kabur, sebab sejak awal masyarakat sudah merasa kehilangan martabatnya di hadapan culasnya watak Lembaga politik kita yang ekstraktif.

Hartono jaya

Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.